Judul : Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya
link : Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Materi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X Tentang Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Letak Geografis
Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di Sumatra Selatan. Menurut para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang dan diperkirakan telah berdiri pada abad ke-7 M. Awalnya, Sriwijaya hanya kerajaan kecil. Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar setelah dipimpin oleh Dapunta Hyang. Dapunta Hyang berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Sriwijaya berkembang sampai abad ke 13, dan sejak itu Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh San Fo Tsi (Swarnabhumi).
Pro - Kontra Letak Kerajaan Sriwijaya
Letak Kerajaan Sriwijaya sendiri masih dipersoalkan hingga saat ini. Pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diataranya:
1. G. Coedes
Menurut G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang. Meskipun pendapat ini juga problematis karena sedikitnya penemuan arkeologis di Palembang.
2. J.L. Moens
Menurut J.L. Moens berdasarkan rekonstruksi peta Asia Tenggara menggunakan berita-berita Cina dan Arab menyimpulkan bahwa Sriwijaya tadinya berpusat di Kedah, kemudian berpindah ke Muara Takus.
3. Soekmono
Sementara itu sejarawan Indonesia seperti Soekmono menyampaikan Jambi sebagai lokasi yang tepat bagi pusat Sriwijaya karena lokasinya yang terlindung karena ada di dalam teluk namun menghadap langsung ke laut lepas.
Sampai dengan hari ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya dengan banyak perdebatan. Jambi, Kedah, Chaiya (Thailand Selatan), dan bahkan Jawa sempat dinyatakan sebagai pusat Sriwijaya karena penemuan dari masing-masing peneliti.
Beberapa ahli sampai pada kesimpulan bahwa Sriwijaya yang dianggap bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat kekuasaan. Hal ini mungkin saja terjadi, mengingat teori Mandala yang diungkapkan oleh Robert von Heine-Geldern yang menyatakan bahwa pusat dari kerajaan-kerajaan kuno Asia Tenggara adalah raja itu sendiri dan pengaruhnya. Bukan kekuasaan teritorial, maupun ibukota kerajaan seperti halnya yang terjadi di Eropa, misalnya.
Sumber Kerajaan Sriwijaya
Sumber dalam Negeri
Berita-berita dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut sebagian besar mengguna-kan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai berikut:
1. Prasasti Kedukan Bukit
Sumber. https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Prasasti_Kedukan_Bukit_3.jpg
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh C.J. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatra Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.
Pada Prasasti Kedukan Bukit tertulis tahun 684 M, menyebutkan bahwa Raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan.
2. Prasasti Telaga Batu
Gambar. Prasasti Telaga Batu
Sumber. https://munas.kemdikbud.go.id/mw/images/a/a6/Prasasti_Telaga_Batu_D.155.jpg
Ditemukan pada tahun 1935 di Telaga Batu, Sabukingking 2 Ilir, Palembang terdiri dari 28 baris, dihiasi lambang negara Sriwijaya berupa naga berkepala tujuh digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetian para calon pejabat yang menggunakan huruf pallawa. Kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap Raja Sriwijaya dan juga melakukan tindakan kejahatan.
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (Residen Palembang) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang / Bukit Siguntang dan dikenal sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam Aksara Pallawa, Berbahasa Melayu Kuno, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia.
Gambar. Prasasti Talang Tuo
Sumber. https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Talang_Tuo_Inscription.jpg
Prasasti Talang Tuo menyebutkan tentang pembuatan taman Sri Ksetra oleh Raja Sri Baginda Srijayanasa atau Punta Hyang Sri Jayanasa, yang merupakan raja pada kerajaan Sriwijaya di abad ke-7. Prasasti ini berisi titah sekaligus amanah dari Sang Raja kepada rakyatnya perihal rencana mempercantik wilayah dengan mengatur pemukiman, perkebunan, air, kolam-kolam, dan taman-taman. Kepada warga, Raja meminta menanam tumbuhan tertentu yang hasilnya kelak bisa untuk dimanfaatkan dan kemakmuran bersama.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang berahi ditemukan oleh Kontrolir Belanda L.M. Berkhout pada tahun 1904 di Jambi, Kabupaten Merangin, Kecamatan Pemenang, Desa Karang Berahi, Dusun Batu Bersurat. Prasasti ini menggunakan Aksara Pallawa dan bahasa Melayu kuno.
Gambar. Prasasti Karang Berahi
Sumber. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/wp-content/uploads/sites/30/2013/12/IMG_0160-696x928.jpg
Kemudian diteliti lebih lanjut oleh seorang peneliti bernama N.J. Krom. Ia menyatakan bahwa prasasti Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dibuat pada zaman Kerajaan Sriwijaya. N.J. Krom juga membandingkan prasasti Karang Berahi dengan prasasti Kota Kapur baik dari segi isi maupun karakter huruf yang digunakan dalam prasasti tersebut, sehingga Ia berpendapat bahwa prasasti karang berahi mempunyai kemiripan dengan prasasti kota kapur (686 M) yang di temukan di pulau bangka.
Prasasti Karang Berahi menjelaskan penguasaan Kerajaan Sriwijaya atas daerah itu. Berisi permintaan kepada para dewa yang menjaga kedatuan Sriwijaya untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan mendurhakai terhadap kekuasaan Sriwijaya.
5. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur berupa tiang batu bersurat yang ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, dusun Kota Kapur. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892, dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Sriwijaya.
Gambar. Prasasti Kota Kapur
Sumber. https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/8/1/81f752c68ffe7abbcca77cacfa31d4a54d8c5cf5.jpeg
Prasasti Kota Kapur ini unik, berbentuk seperti belisk. Bagian yang ditulisi ada pada seluruh sisinya yang ditulis dari atas ke bawah, jika prasasti diposisikan tegak berdiri maka pembacaan dimulai dari atas ke bawah sedangkan bila prasasti dalam keadaan tidur maka dibaca dari kiri ke kanan.
Orang pertama yang menganalisis prasasti ini adalah H. Kern, seorang ahli epigrafi bangsa Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Pada mulanya ia menganggap "Śrīwijaya" adalah nama seorang raja. George Coedes-lah yang kemudian berjasa mengungkapkan bahwa Śrīwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatra pada abad ke-7 Masehi, suatu kerajaan yang kuat dan pernah menguasai bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaya, dan Thailand bagian selatan.
Menurut Coedes (2014:65) menduga bahwa material batu prasasti ini didatangkan dari luar, karena jenis batunya tidak terdapat di Pulau Bangka.
Secara isi prasasti ini mirip dengan prasasti Karang Berahi yaitu menunjukkan penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya dan ancaman kepada para pemberontak, baik itu daerah yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya, atau orang yang bersekongkol dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak hormat, yang tidak patuh dan setia kepada Datu Sriwijaya, dan pada mereka yang telah diangkat oleh Datu Sriwijaya sebagai Datu. Agar mereka yang telah disebutkan itu mati kena kutuk, dan akan segera dikirimkan ekspedisi di bawah pimpinan Datu Sriwijaya untuk dihukum bersama marga dan keluarganya.
6. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand, Semenanjung Malaya). Prasasti ini berupa pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775.
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.
Sedangkan dari manuskrip Ligor B, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa.
Berita Asing
Mengingat Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim dengan letak yang sangat strategis, banyak pedagang-pedagang asing yang datang untuk melakukan aktivitas di Kerajaan Sriwijaya. Untuk itu banyak ditemukan informasi mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini. Berita asing tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Berita Arab
Dari berita Arab dapat di-ketahui bahwa banyak pedagang Arab yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Bahkan di pusat Kerajaan Sriwijaya ditemukan perkampungan-perkampungan orang-orang Arab sebagai tempat tinggal sementara Yang disebut Tashsih . Keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga diketahui dari sebutan orang-orang Arab terhadap Kerajaan Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay, atau Sribusa.
2. Berita India
Dari berita India dapat diketahui bahwa raja dari Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola.
3. Berita Cina
Dari berita Cina, dapat diketahui bahwa pedagang-pedagang Kerajaan Sriwijaya telah menjalin hubungan perdagangan dengan pedagang-pedagang Cina. Para pedagang Cina sering singgah di Kerajaan Sriwijaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India maupun Romawi.
Faktor Pendorong Kemajuan Sriwijaya
Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar adalah sebagai berikut:
- Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan antara India dengan Cina.
- Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
- Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.
- Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.
Sistem Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat sriwijaya yakni agama Buddha yang diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, yaitu aliran Buddha Mahayana, Hinayana, Pendeta Budha yang terkenal di Sriwijaya diantarana adalah Dharmapala dan Sakyakirti.
Kemunduran dan keruntuhan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke 13M. Kemunduran ini terjadi karena adanya beberapa faktor, di antaranya adalah faktor alam, ekonomi, politik, dan militer.
1. Faktor Geografi
Ditinjau dari faktor alam, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena kota Palembang semakin jauh dari laut. Hal tersebut terjadi karena adanya pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainnya. Hal ini menyebabkan kapal-kapal dagang yang datang ke Palembang semakin berkurang.
2. Faktor Ekonomi
Ditinjau dari faktor ekonomi, kota Palembang yang semakin jauh dari laut menjadi tidak strategis lagi. Karena tidak banyak kapal dagang yang singgah, sehingga kegiatan perdagangannya menjadi berkurang. Akibatnya pajak sebagai sumber pendapatan semakin berkurang. Hal ini memperlemah posisi Sriwijaya. Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi ( Kerajaan Melayu ) lebih strategis daripada Palembang.
3. Faktor Politik
Perekonomian Sriwijaya yang semakin lemah itu menyebabkan Sriwijaya tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaannya. Akibatnya, daerah-daerah bawahannya berusaha untuk melepaskan diri.
a. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya bagian barat.
b. Dari arah timur, Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak ketika berkembang Kerajaan Singasari yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Kediri, pada waktu diperintah oleh Raja Kertanegara, Kerajaan Singasari yang bercita-cita menguasai seluruh wilayah nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yang dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, Kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.
c. Selain itu kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas wilayah kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaya termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
4. Faktor Militer
Dalam segi militer, kemunduran Sriwijaya disebabkan adanya serangan militer dari kerajaan lain antaranya sebagai berikut.
a. Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M. Ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya adalah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya
b. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa.
c. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi), Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
d. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit.
Akibat beberapa serangan tersebut, berakhirlah peranan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim sekaligus sebagai kerajaaan yang bertaraf nasional pertama. Dengan faktor politis dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit tahun 1377 M.***
Referensi
- Modul Sejarah Indonesia Kelas X
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya. Diakses pada laman https://www.katamasa.com/kerajaan-sriwijaya-sejarah-peninggalan-prasasti
oOo
Demikianlah Artikel Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sekianlah artikel Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya dengan alamat link Sapiens